Kamis, 02 September 2010

Misteri Hantu Daun Pintu ( cerpen )

Tanpa kesadaran Rara,sekelebat bayangan hitam melewati punggungnya,lampu kembali menyala,tubuh Rara berputar mencari orang lain selain dirinya,kosong tak seorang pun selain dirinya.
            Berdiri berhadapan dengan kaca pemantul dirinya,membasuh muka membiarkan wajahnya tersapu oleh air,menghilangkan kepenatan dalam waktu singkat,mengendorkan syaraf-syaraf yang menegang.
                        “ Srak ,,,,, srak ,,,, srak ,,,,, “
Mempertajam indra pendengaran miliknya,sesuatu terseret,terkesan berat, sifat kewanitaan mulai lahir dari jiwanya,hawa dingin menyereruak memenuhi tubuhnya,serempak bulu kuduk berdiri,frekuensi detak jantungberpacu tak seperti biasanya,keringat dingin mengucur deras memenuhi peluh,Rara terkepung dalam ketakutan dirinya.
                        “ Tok ,,,, tok ,,,,, tok ,,,,, “
Mendengus lega,do’nya terkabul dalm keadaan segmenting ini,menyeret kakinya, membuka pintu penuh semangat, tubuh Rara terbujur kaku, matanya hanya mampu melotot menatap pintu tak berkusen berdiri angkuh dihadapannya,asing, bahkan sangat asing bagi Rara,tak mungkin kampus punya pintu seperti ini, pikir Rara ,Sebisa mungkin Rara berteriak, suaranya memantul memecah keheningan lemasam kordidor kampus,lari tunggang langgang memburu keselamtan jiwanya
            Hantu wanita pembawa pintu,pakaiannya lusuh tak terawatt, entah berapa lama umur keamatiannya, Rara tak bisa bayangkan jika ia tertangkap,tercekik dan mati mengenaskan ditangan setan itu,pancaran matanya penuh dengan api kemarahan serta dendam yang membara, meski ia tergantung ditangan kanannya.
            Tatapan kosong tak terarah,terus menerus merangkul lipatan kakinya,Rara kehilangan kesadaran,semuanya sirna menjelma kedalam jurang hitam pekat tekanan jiwanya, tiga kali sudah pertanyaan Mila tak terjawab,tubuhnya semakin meringgkuk dibalik selimut tebalnya,Hans hanya diam tak bisa lakukan apa-apa untuk sahabatnya, Mila semakin sedih takut jiwa Rara akan tergoncang.
                        “ kita harus cari jawabannya sendiri,entar malm kita berangkat “ usul Fery
                        “ Tapi ,,,” Hans mencoba protes
                        “ Udahlah Hans sebagai seorang laki-laki, jengan penakut “
Pertengahan bulan jawa, bualn bercahaya menyinari kegelapan malam,ribuan bintang bertaburan takm luput mengniasi pekatnya malam,lima menit Ram dan Rico baru memulai ekspedisi penelusuran koridor,tak lebih dari ruang kosong yang mereka dapatkan,cahaya senter menerobos celah-celah ruang, memberi sedikit ketenangan pribadi bagi Rico,Ram tak pernah melihat sosok hantu wanita tanpa kepala denagn sebongkah pintu mengikuti tiap jejak langkahnya,
                        “ Gila nich setan, mati gentayangan pake bawa pintu segala, emang tuch setan pengen bikin rumah dikuburan kali yach “ ledek Ram
            Tak ada setitik suara selain hembusan nafas Ram,ia baru sadar tak ada lagi sosok Rico bersama dirinya,kepalanya berputar,sinar senter tak mampu membantu menemukannya,suara menggema memenuhi koridor, nafasnya berburu,cahaya senter bergerak liar,hawa dingin menggigit tulang menghidupakan bulu kuduk,didepan mulut tangga Ram mengatur nafas, inhaler ditangannya tinggal berapa kali hirup,punggung telapak tangan Ram penuh darah segar,ketakutan berlipat,sekali dan untuk selamanya bagi Ram melihat sosok syetan, tenggorokannya tercekat, tak seuntai suara keluar dari mulutnya,sosok setan yang ia anggap anehh bahkan lucu berbalik 180 % dengan kenyataan,tubuhnya bergetat hebat,menggoncang pertahana terakhirnya,cahaya senter tak lagi bergerak liar,mencari sosok tubuh terseret.
                        “ Tok ,,,,, tok ,,,,, tok  
180 drajat Ram memutar cahaya senter, menangkap satu papan sangat asing bagi dirinya
                        “ Nggak mungkin dikampus ini ada pintu kayu dikampus ini, apa ini setan yang kamu maksud, terus dimana setan itu sekarang ? ” mulutnya bergeetar mengikuti rute perasaannya
                        “ pet ,,,,,,,,,, “
                        “ Pake mati segala lagi ! “
Ram memukul ketalap tangannya,wajahnya berubah cerah, nmun, satu dua tiga detik jantungnya tak berdetak, nafasnya tersenggal,proses pernafasan Ram mulai tak stabil,beberapa langkah mundur,mengantarkan kakinya terpeleset, tubuhnya berguling diatasoma tangga,setan itu bergerak menampakkan sosoknya tak lebih dari satu meter dari tubuh Ram,aroma ketakutan benar benar mendatangi akhir kehidupannya,inhaler tepat diabawah kaki setan itu,tangannya menggapai,tertangkap namun usahanya sia-sia.
                        “ Kemana sich nich anak, kalo emang nggak mau datang juga aku jalan sendiri tapi kalo udah kayak gini,,,”
            Sayup-sayup kericuhan memicingkan pendengaran Rico,perdebatan ini tak jauh dari ia berdiri,bibirnya menyeringai senang,sifat kejahilan muncul, dibalik tikungan ia menyembunyikan diri
                        “ Wa,,,,,, a,,,,, ahhh”
                        “ A,,, a ,,,, argh”
Serempak mereka bertiga berteriak seakan terkomando,kecepatan detak jantung berubah drastis,Mila melototi Rico, penuh amarah hampir fery mengajar Rico, kalau Hans tak mencegahnya, saat seperti ini bukan waktunya adu otot, berpikir jernih selayaknya manusia dewasa,melangkah dalam satu tujuan,menyingkap tabir dunia kedua,pertanyaan tak terjwab dengan sempurna,Ram berpisah satu jam yang lalu tanpa kesadaran satu sama lain,hampir seluruh pelosok kapus sudah terjamah,asa mulai pudar,perasaan Fery tak menentu,keyakinan hati akan Ram yang tak lagu bernafas
                        “ Gila yach lo ric, masak sahabat sendiri bisa ilang sich ?”
                        “ Aku nggak tau mil , pokoknya yang aku denger cuma langkah kakidan setelah itu aku baru sadar kalo aku sendiri ” bela Rico
                        “ okey kita berpencar, aku sama Mila dan elo sama Rico,setelah satu jam kita bertemu disini ”kesepakatan sedikit mengiris ulu hai Hans,ada rasa cemburu dihatinya, wanita semampai dengan rambut sebahu melangkah mengarungikoridor,tak lebih dari lima menit tubuh mereka hilang dibalik tikungan.
            Kelembapan dinding kamar kecil mamasung tubuh semampai,mengukir liuk tubuhindah menghadirkan bayangan serupa dibalik kaca,air wastafel membasahiwajah ayu Mila,tatapan mereka beradu saling menyelam kedalam kornea jiwa,perubahan secara tiba-tiba belum terungakap,dalam kesendirian Fery bersiul memecah keheningan,lama dalam penantian Fery menapaki daerah tak jauh dari Mila mengurung, menatap kelenggangan lapangan basket tak berpenghuni,dilapangan itu ia menjadi primadona melayangkan namanya terbang jauh diatas angin.
            Bola mata Mila terbuka tanpa sedikitpun ia mampu pejamkan,bayangan dibalik kaca itu kini bukan bayangannya lagi, pakaian lusuh tanpa kepala,Mila berpaling,sosok setan tak ada ditempatnya,darah mengucur dari balik pecahan kaca,kolap,sekuat tenaga ia melemparnya dengan sepatu,pecahan kaca berserakan dibawah wastafel,beberapa langkah undurnhya terhenti,satu papan tepat berdiri dibalakangnya dengan angkuh
                        “ Tok,,, tok ,,, tok,,, ”
Symbol kematian berdendang,tunggang langgang ia berusaha melarikan diri,menyelamatkan jiwanya tanpa berani menatap kebelakang,
                        “ Brak ,,,, brak,,,,”
                        “ Fer buka fer ”teriak Mila berkali-kali,ia memukul pintu,memutar handle pintu,ia mulai panic,takut, setan itu jauh lebih mengerikan dari yang pernah ia bayangkan,bukan tidak mungkin perubahan Rara secara tiba-tiba setelah bertemu dengannya,pandangan dingin mampu menenggelamkan siapapun yang berani beradu mata dengannya.
            Diluar Fer mulai panic,senormal-normalnya orang manusia buang hajat nggak kan mungkin lebih dari setengah jam,perasaannya tak menentu,ia khawatir.
                        “ Mil ,,, Mil ,,,,,” panggil Fery, diam tak ada jawaban
Jiwanya mulai ketakutan,mungkin terjadi sesuatu pada diri Mila,panggilannya semakin meninggi, tak peduli,Fery mendobrak pintu kamar kecil,usahannya gagal,mundur beberapa langkah,menabrak pintu, ia terjungkal,secepat kilat matanya mengitari polosok ruang lembab,darah berceceran dimana-mana,ia benar-benar panic,masuk kedaerah tengah,pernafasan berhenti beberapa detik,tubuh Mila terbujur lemah diatas keramik,kepalanya bersimpah darah, secepat mungkin Fery membopong tubuh Mila keluar, berharap jiwa Mila bisa tertolong,ada setitik penyesalan dimata Fery naming ia terlambat,harusnya ia mendengar apa kata Hans berapa waktu lalu,hanya karena masalah kecil ia bisa mati konyol.
                        “ Brak ” seoarng menbrak Fery, jasad Mila terpelintang beberapa meter,Hans berhenti mendapati Fery dihadapannya,Hans langsung merangkul sahabatnya,ia bersyukur sahabtnya masih selamat
                        “Mana Mila Fer ”Tanya Hans penuh harap,Fery tertunduk tak berani menjawab pertanyaan Hans,mimik Hans berubah,sesuatu pasti terjadi pada Mila,beberapa meter jasad Mila tergeletak lemas,entah ia masih bernafas atau jantungnya sudah behenti.Hans tak mendekat api kemarahan tersulut, ia berjanji akan membunuh setan itu dengan tangannya sendiri.
                        “ Keluar lo, jangan Cuma berani ama satu orang ,hadapi kami”tantang  dan kegelapan malam.
                        “ Pengecut,,,, setan bajingan !! apa saat lo mati keluarga lo nggak punya kayu sampai pintu rumah lo pake penutup kuburan lo ” olok hans, bibirnya mengembang,undangannya terpenuhi,suasana kampus berubah tak karuan, pohon-pohon bergoyang tak beraturan,daun candela saling membanting,menciptakan irama keangkeran, tak luput lampu berpijar dan mati, air kran terus mengucur deras,keramik kamar kecil penuh air,membanjiri hingga menyentuh tubuh lemah Mila.
            Pandangan Fery memburu mencari sesuatu,mencari sosok bencana yang mungkin berujung kematian,keberanian Hans jauh diatasnya,ketakutan lebih mendominasi jiwanya,kucuran darah segar membasahi telapak tangan Fery,menengadah, setan itu tepat berada diatas kepalanya,secepat mungkin ia menyelamatkan nyawanya,setan yang sangat mengerikan,batin Fery.
            Penuh keberanian Hans menyabetkan keris ditangannya namun berpuluh kali sabetan tak sedikitpun dapat melukai setan itu,hilang, Hans terkombinasi dengan amarah,berlari sekencang ia mampu,menerjang tapi kosong,hanya bayangan yang ia serang,bergerak cepat menghindari serangan,tepat dibelakang Hans ia menatapnya penuh dengan kemenangan,tubuh Hans terpelanting jauh menabrak kaca kampus,menabrak keperkasaan pohon palem dihadapannya,pandangan Hans kabur,samar-samar ia dapat menangkap seraut tubuh setan dihadapannya namun jasadnya tak bernyawa sebelum ia mampu memadamkan api dendamnya.
            Bunyi sirene meraung mengundang siapapun yang berada tak jauh dari TKP, dengan keterpaksaan kuliahpun diliburkan namun tak seorang mahasiswapun mau pulang,menatap penuh kengerian jasad-jasad tak bernyawa,tampak pak Guritno paling terpukul atas kematian mereka,dua dari mereka patut dibanggakan, kerja Hans dalam menyelesaikan tugas dan sosok Mila yang selalu kritis dalam menyikapi tiap tanduk beliau.
            Vina terkepur daam pelukan sahabatnya,kematian Hans memutus pita suara miliknya,hanya mampu mengucurkan air mata kesedihan,police line mengitari lokasi kampus, manusia-manusia berseragam abu-abu sibuk mengolah TKP, mencari bahan sebagai laporan akurat,Lia mendekati Very, duduk tanpa sedikitpun jarak diantara mereka, seraut wajah tampan itu kini jauh berubah tak beda dengan dirinya saat ketakutan mencekik kesadarannya,sadar dan sangat tau apa yang dirasakan Fery saat ini.
                        “ Pintar benar kau, tanpa sedikitpun kau mengotori tanganmu dengan kematian mereka , tapi kau biarkan mereka merenggut nyawanya dengan ketakutan mereka sendiri, dasar setan biadab”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar